Abinara & Prisa.Jauh
sebelum Dreambirds lahir, Abinara (Dreambirds owner) sempat membuat beberapa clothing line
. Diantaranya adalah "OCCULT" dan "MONSTA" sekitar tahun 2008 - 2009.
May 2009, Abinara bertemu dengan Prisa Rianzi dan memelihara 2 burung hantu bernama Mika dan Uluuka . Pada saat itu, keinginan Abinara untuk menciptakan sebuah clothing line yang berbeda telah dia kubur.
May 2009, Abinara bertemu dengan Prisa Rianzi dan memelihara 2 burung hantu bernama Mika dan Uluuka . Pada saat itu, keinginan Abinara untuk menciptakan sebuah clothing line yang berbeda telah dia kubur.
Namun
setelah diyakinkan oleh pasangannya, akhirnya mereka mulai berencana
untuk menciptakan "mimpi" yang terpendam. Abinara yang seorang pelukis ingin agar karya nya
bisa dimiliki seluruh orang, namun tanpa harus membeli dalam bentuk
lukisan. Mereka ingin agar orang dapat menghargai sebuah karya seni
dalam format yang gampang didapatkan. Disinilah "artwear" tercetus.
Namun, satu hal fatal yang masih mengusik mereka, yap, judul brand yang
menarik. Dari Wolflovesbunny, Hope, OH!, dan ratusan nama mereka coba,
namun tak satupun cocok. Hingga pada suatu ketika, burung hantu mereka
meninggal tanpa sebab. Mengakibatkan mereka tidak fokus. Namun mereka
masih tetap mencari nama yang pas. Sambil makan, sebelum tidur, bangun
tidur mereka putar otak.
Then it just clicked. Satu hari ketika Abinara dan Prisa sedang makan malam dan bertukar pikiran...
" Apa sih binatang yang paling kita suka gambar? " tanya Prisa.
" Burung hantu sih... pokoknya burung deh. Aku suka mereka bisa terbang tinggi sekali, bebas di angkasa. " jawab Abinara.
Dan pada akhirnya malam itu, sebuah mimpi memiliki nama... Dreambirds artwear. Start dari hari itu, sebuah motivasi yang besar mendorong mereka berdua untuk mewujudkan mimpi ini. Mereka segera mempersiapkan 100 karya untuk Dreambirds. Yang mana sebenarnya baru 20 karya telah rilis hingga saat ini. Disinilah rintangan dimulai. Tanpa support, tanpa kaki-kaki yang kuat, bahkan tanpa modal. "Tanpa modal?" ya kalian pasti bingung. Konon Abinara dan Prisa memiliki sebuah band metal... "Vendetta" adalah nama band terrsebut. Band inilah yang menjadi titik awal karier Dreambirds. Bermodalkan tabungan seumur hidup Prisa dan Abinara, mereka gambling untuk membuat merchandise Vendetta.
Vendor demi vendor mereka cari di kaskus. Tangerang, Jakarta, Bandung, dll. Salah satu rintangan terberat mereka layaknya membeli kucing dalam karung. Mereka dikelilingi oleh buaian para vendor. Akhirnya mereka berhasil menemukan sebuah vendor yang cukup baik untuk memproduksi baju Vendetta.
"Alhamdulillah sa, akhirnya ye. Hampir aja kita gagalin ni semua. "
Then it just clicked. Satu hari ketika Abinara dan Prisa sedang makan malam dan bertukar pikiran...
" Apa sih binatang yang paling kita suka gambar? " tanya Prisa.
" Burung hantu sih... pokoknya burung deh. Aku suka mereka bisa terbang tinggi sekali, bebas di angkasa. " jawab Abinara.
Dan pada akhirnya malam itu, sebuah mimpi memiliki nama... Dreambirds artwear. Start dari hari itu, sebuah motivasi yang besar mendorong mereka berdua untuk mewujudkan mimpi ini. Mereka segera mempersiapkan 100 karya untuk Dreambirds. Yang mana sebenarnya baru 20 karya telah rilis hingga saat ini. Disinilah rintangan dimulai. Tanpa support, tanpa kaki-kaki yang kuat, bahkan tanpa modal. "Tanpa modal?" ya kalian pasti bingung. Konon Abinara dan Prisa memiliki sebuah band metal... "Vendetta" adalah nama band terrsebut. Band inilah yang menjadi titik awal karier Dreambirds. Bermodalkan tabungan seumur hidup Prisa dan Abinara, mereka gambling untuk membuat merchandise Vendetta.
Vendor demi vendor mereka cari di kaskus. Tangerang, Jakarta, Bandung, dll. Salah satu rintangan terberat mereka layaknya membeli kucing dalam karung. Mereka dikelilingi oleh buaian para vendor. Akhirnya mereka berhasil menemukan sebuah vendor yang cukup baik untuk memproduksi baju Vendetta.
"Alhamdulillah sa, akhirnya ye. Hampir aja kita gagalin ni semua. "
Namun permasalahan tak berhenti disitu, justru semakin gelap.
Buaian sang vendor membuat Abinara dan Prisa lupa bahwa " tak seindah itu dunia clothing bung!! "
jadwal tak sesuai, bahan yang tak pantas, dan...produksi lebih tanpa sepengetahuan mereka. Stress, panik, takut karena Facebook Dreambirds telah dibuat dan Abinara telah membuat iklan nya berjudul "VENGEANCE"
Suatu ketika mereka sedang berlatih band, ada seorang kawan dari mereka menelpon dan mengaku melihat di baju Vendetta di jembatan Blok M. Disinilah apabila mereka bisa kilas balik, seberapa kuat mereka mau mewujudkan mimpi mereka. Setelah berbagai proses yang akan sangat panjang apabila diuraikan disini, akhirnya "VENGEANCE" sampai di tangan mereka!! Harapan muncul kembali layaknya matahari terbit setelah sekian lama. Tanpa karyawan, tanpa bantuan orang lain, Abinara dan Prisa mulai menjual baju tersebut. Mereka akui, pada saat itu mereka mengurung diri dari dunia luar. Dari keluarga, dari teman, dari kerabat. Lingkup mereka hanya kamar Prisa yang mana penuh dengan tumpukan baju Vendetta.
" Kamu lipet, aku catet orderannya ya! " kata Abinara
Setiap malam pada saat itu, Abinara tag seluruh temannya di facebook, tanpa terkecuali.
" Ah lo spam banget sih bro! " | " Jualan apaan lo? emang bisa? " | adalah makanan mereka setiap hari.
Sedikit demi sedikit, tumpukan itu berkurang dan kas bertambah. Dengan modal yang sedikit bertambah, mereka mulai membangun workshop di daerah Kemang.
Pada tanggal 8 February 2010 baju "VENGEANCE" sold out. Berbekal pengalaman dari vendor sebelumnya, kali ini mereka memutuskan untuk melakukan semuanya sendiri. Mencari bahan yang bagus, mencari tukang jahit, belajar sablon, semua mereka lakukan bersama. Sembari membangun workshop Dreambirds, mereka tanpa henti mencari ilmu demi ilmu untuk membangun mimpi yang besar.
21 Juni 2010 sebuah kabar buruk dan baik mengejutkan Abinara. Prisa memutuskan untuk kuliah art di San Fransisco selama 5 tahun. Mereka sepakat mimpi akan terus dijalankan apapun yang terjadi. Setengah dari modal awal Dreambirds dibelikan mesin sablon rotary manual.
Buaian sang vendor membuat Abinara dan Prisa lupa bahwa " tak seindah itu dunia clothing bung!! "
jadwal tak sesuai, bahan yang tak pantas, dan...produksi lebih tanpa sepengetahuan mereka. Stress, panik, takut karena Facebook Dreambirds telah dibuat dan Abinara telah membuat iklan nya berjudul "VENGEANCE"
Suatu ketika mereka sedang berlatih band, ada seorang kawan dari mereka menelpon dan mengaku melihat di baju Vendetta di jembatan Blok M. Disinilah apabila mereka bisa kilas balik, seberapa kuat mereka mau mewujudkan mimpi mereka. Setelah berbagai proses yang akan sangat panjang apabila diuraikan disini, akhirnya "VENGEANCE" sampai di tangan mereka!! Harapan muncul kembali layaknya matahari terbit setelah sekian lama. Tanpa karyawan, tanpa bantuan orang lain, Abinara dan Prisa mulai menjual baju tersebut. Mereka akui, pada saat itu mereka mengurung diri dari dunia luar. Dari keluarga, dari teman, dari kerabat. Lingkup mereka hanya kamar Prisa yang mana penuh dengan tumpukan baju Vendetta.
" Kamu lipet, aku catet orderannya ya! " kata Abinara
Setiap malam pada saat itu, Abinara tag seluruh temannya di facebook, tanpa terkecuali.
" Ah lo spam banget sih bro! " | " Jualan apaan lo? emang bisa? " | adalah makanan mereka setiap hari.
Sedikit demi sedikit, tumpukan itu berkurang dan kas bertambah. Dengan modal yang sedikit bertambah, mereka mulai membangun workshop di daerah Kemang.
Pada tanggal 8 February 2010 baju "VENGEANCE" sold out. Berbekal pengalaman dari vendor sebelumnya, kali ini mereka memutuskan untuk melakukan semuanya sendiri. Mencari bahan yang bagus, mencari tukang jahit, belajar sablon, semua mereka lakukan bersama. Sembari membangun workshop Dreambirds, mereka tanpa henti mencari ilmu demi ilmu untuk membangun mimpi yang besar.
21 Juni 2010 sebuah kabar buruk dan baik mengejutkan Abinara. Prisa memutuskan untuk kuliah art di San Fransisco selama 5 tahun. Mereka sepakat mimpi akan terus dijalankan apapun yang terjadi. Setengah dari modal awal Dreambirds dibelikan mesin sablon rotary manual.
Pada saat Prisa masih di Jakarta, mereka belum
memulai pergerakan Dreambirds secara signifikan. Bahkan lebih parahnya
Abinara masih sangat belum mahir menyablon. Namun setelah kepergian
Prisa ke negeri seberang, Abinara mencoba untuk bangkit dan menghidupkan
mimpi ini. "HEADS UP" dipilih menjadi artwork awal Dreambirds. Dengan
ilmu yang masih sangat minim, dengan mesin sablon yang telah menguras
mereka, Abinara memberanikan diri. Kali ini tanpa partner hidup yang
sekian lama berjuang di sampingnya, Abinara berhasil mencetak 25 pcs
"HEADS UP" Terlepas dari hasil akhir sablonan yang buruk, terbersit
senyum di dalam hati Abinara, "I did it." Senyuman tersebut hingga kini
masih nyata dan semakin lebar karena support dari Birdies yang tak ada
hentinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar