WAKTU
Selasa, 10 Maret 2020
Rown division
Aryo adalah pemilik Rown Divisions. Nama perusahaan fashion untuk distro yang berpusat di Kota Solo ini tidak asing lagi di kalangan pemilik gerai distro di Indonesia. Maklumlah, selama ini, Rown memang salah satu pemasok besar yang rajin memasok produknya ke berbagai distro di berbagai kota di Indonesia.”Selain menjual di distro sendiri, kami menjual produk lewat distro lain,” kata pria kelahiran 9 November 1984 ini. Rown -- singkatan dari Aryo Own -- memiliki dua gerai distro: satu di Solo dan satu di Karanganyar. “Tidak lama lagi kami akan membuka kantor pemasaran di Bandung,” katanya. Selain ke pasar domestik, ia juga telah memasarkan produknya ke berbagai negara, seperti Singapura dan Malaysia. “Juga, sudah ada rencana pengiriman ke Kanada,” ujarnya semringah.
Keberhasilan Aryo membuka kantor pemasaran di Kota Bandung tentu menjadi kebanggaan tersendiri. Maklum, selama ini Bandung dianggap sebagai kiblat distro Tanah Air. Buat Rown, Bandung juga merupakan kota penyumbang pendapatan terbesar. “Ternyata, produk kami bisa diterima di Bandung, dan permintaannya terus meningkat. Karena itu, kami harus membuat marketing office di sana.”
Keunggulan bisnis Aryo salah satunya karena konsisten meluncurkan desain-desain baru. Bagi Aryo, sudah menjadi keharusan untuk terus melahirkan karya baru setiap bulan. Bila dirata-rata, setiap hari pasti ada produk (desain) baru yang muncul, entah berupa sepatu, jaket, kemeja, jins atau T-shirt. “Kami telah memiliki desainer khusus yang siap memunculkan desain-desain baru,” ujar anak kedua Bambang Mintosih, yang juga dikenal sebagai tokoh pengusaha di Solo, ini.
Yang juga menarik, untuk menjaga eksklusivitas, Aryo membatasi produksi setiap desain baru maksimum hanya 30 potong. Kebijakan ini diambil untuk menjaga citra Rown agar tidak identik dengan produk massal.
Saat ini, Aryo membanderol harga produknya dari Rp 20 ribu sampai Rp 800 ribu. Dia mengakui selama ini produknya lebih banyak terjual di distro lain ketimbang distro miliknya sendiri.
Dari segi target pasar, menurut Aryo, sebenarnya sejak awal ia ingin menyasar pasar anak muda. Namun kenyataannya, penggemar produknya mulai dari anak-anak hingga orang tua.
Dengan 40-an karyawan, setiap bulan Aryo mampu memproduksi 30-an ribu aneka produk fashion: sepatu, sandal, T-shirt, kemeja, jaket, tas , topi dan aneka aksesori lainnya. Semua produknya diberi label Rown. Untuk produk busaha pria, ia menggunakan brand Rown Terror, sedangkan untuk busana wanita memakai merek Pretty Rown.
Menjadi pebisnis ternyata memang sudah menjadi pilihan hidup Aryo sejak kecil. Ia bercerita, sejak duduk di bangku kelas 3 SD, ia sudah belajar berjualan camilan gorengan dan kacang buatan ibundanya. Ia mengaku berjualan bukan karena terpaksa untuk memenuhi kebutuhan hidup, melainkan karena menyukainya. Antara lain, karena bisa punya tabungan.
Menginjak bangku SMA, ia mulai menyenangi dunia desain, sehingga ia menekuni usaha sablon. Bisnis sablon ini mulai ia seriusi ketika kuliah di Jurusan Komunikasi Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo. Dari bisnis sablon inilah ia menemukan bisnisnya yang terbukti prospektif, yakni fashion distro.
Mengawali bisnis fashion-nya pada 2003, ia bermitra dengan seorang kawannya untuk memproduksi T-shirt merek Ankles. Kala itu, target pasarnya sangat khusus, yakni komunitas penggemar skateboard. Kongsi ini tidak berjalan lama, karena ada perbedaan prinsip di antara mereka berdua.
Kegagalan kongsi bisnis itu tak membuat Aryo putus asa. Ia memberanikan diri mencoba usaha sendiri. Awalnya, hanya membuat T-shirt dari hasil desain sendiri, dengan merek Rown. “Di luar dugaan, banyak yang menyukai desain saya,” ia menceritakan.
Tahun 2006, dengan modal awal menguras uang tabungan Rp 30 juta, Aryo secara resmi mendirikan bendera Rown. Ia menyewa tempat berukuran 2x3 m2 di kawasan Jl. A. Yani, Solo. Awalnya, ia hanya mempekerjakan tiga karyawan. Keberuntungan rupanya berpihak kepadanya. Bisnis Aryo terus berkembang.
Karena itulah, pada 2008 ia mulai memberanikan diri meminjam modal ke bank. Dengan suntikan dana dari bank sebanyak Rp 100 juta, ia membesarkan bisnisnya dengan menyewa tempat yang lebih besar untuk mendirikan distro. Dari tiga karyawan, terus berkembang hingga kini menjadi 40 karyawan. Di antara mereka juga ada desainer khusus. Jenis produk pun berkembang. Tidak sekadar kaus, tetapi juga sepatu, celana, kemeja, jaket hingga topi.
Tak hanya kreatif dalam melahirkan aneka produk fashion-nya, Aryo ternyata juga kreatif dalam mengemas pemasarannya. Selain menggunakan berbagai media jejaring sosial, ia juga aktif melakukan branding lewat program televisi. Antara lain, pernah menjadi sponsor untuk film televisi (FTV). Selain itu, juga sering menjadi sponsor pentas musik di Solo.
Aryo kini sudah bisa menikmati buah kerja kerasnya selama ini. Omset bulanannya diperkirakan sudah mencapai miliaran rupiah. Seperti halnya serial entrepreneur lainnya, kini setelah merasa mapan dengan bisnis fashion-nya, Aryo berencana mengembangkan bisnis lain. Salah satunya, bisnis furnitur. (*)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
BETTERDAY APPAREL
BETTERDAY APPAREL DAFTAR PRODUK BETTERDAY STREET WORLD IDR. 150.000 SIZE:S,M,L,XL BETTERDAY SLINGBAG MINI IDR. 1...
-
Berawal dari iseng dan ikut-ikutan, siapa menyangka Vidi Nurhadi berhasil membesarkan brand pakaian dan aksesoris Maternal Disaster. S...
-
Popularitas Ventela yang tampak di Google Trends pada Februari 2019 menunjukkan posisi terbawah. Baru pada Oktober 2019, popularitas V...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar